Bandung – Abdul Kadir Loklomin, peserta Latihan Kader (LK) 3 BADKO Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Jawa Barat, dalam sesi diskusi yang diadakan di Bandung, menegaskan pentingnya transisi menuju ekonomi hijau melalui penggunaan energi terbarukan. Menurutnya, pemanfaatan energi seperti tenaga surya, angin, dan bioenergi bukan hanya solusi lingkungan, tetapi juga menjadi bagian dari strategi ekonomi jangka panjang.
“Perubahan iklim dan dampak lingkungan dari bahan bakar fosil sudah dirasakan di seluruh dunia. Indonesia harus segera mengambil langkah serius untuk beralih ke energi terbarukan. Ini bukan hanya soal menjaga bumi, tetapi juga tentang menciptakan ketahanan ekonomi dan energi di masa depan,” ujar Abdul Kadir dalam pemaparannya.
Dalam diskusi tersebut, Abdul Kadir mengusulkan beberapa kebijakan penting yang perlu diambil oleh pemerintah untuk mempercepat adopsi energi terbarukan di Indonesia. Pertama, ia menekankan pentingnya insentif fiskal seperti pengurangan pajak dan subsidi untuk proyek-proyek energi terbarukan. Menurutnya, insentif ini akan mendorong investasi lebih besar ke sektor energi bersih.
Ia juga mendorong pemerintah untuk menetapkan standar mandatori dalam penggunaan energi terbarukan di berbagai sektor, seperti kelistrikan dan transportasi. “Dengan adanya standar yang jelas, perusahaan dan industri akan lebih terdorong untuk beralih ke energi bersih,” jelasnya.
Selain itu, ia juga menyoroti perlunya peningkatan investasi dalam riset dan pengembangan (R&D) di bidang teknologi energi terbarukan. Dengan teknologi yang lebih efisien dan biaya yang semakin rendah, pemanfaatan energi terbarukan bisa semakin luas.
Abdul Kadir juga menekankan pentingnya pembangunan infrastruktur pendukung seperti jaringan listrik pintar dan fasilitas penyimpanan energi untuk memastikan integrasi energi terbarukan dalam sistem energi nasional. Tanpa infrastruktur yang memadai, transisi menuju energi terbarukan akan terhambat.
Di sisi lain, ia mengajak adanya kemitraan antara pemerintah dan sektor swasta dalam pengembangan proyek energi terbarukan. “Sektor swasta memainkan peran penting dalam mendorong inovasi dan efisiensi dalam proyek energi bersih. Kolaborasi ini akan mempercepat transisi yang kita butuhkan,” tegasnya.
Meski optimistis, Abdul Kadir juga menyadari adanya tantangan dalam adopsi energi terbarukan, seperti intermitensi—atau ketidakpastian pasokan dari sumber energi seperti angin dan matahari. Untuk mengatasi tantangan ini, ia menekankan pentingnya pengembangan sistem penyimpanan energi yang lebih efisien dan diversifikasi sumber energi terbarukan.
Selain itu, Abdul Kadir menyoroti perlunya penyederhanaan regulasi untuk mempercepat proses perizinan proyek energi terbarukan. Ia mengakui bahwa regulasi yang rumit sering kali menjadi penghalang bagi pertumbuhan sektor ini.
Abdul Kadir Loklomin optimistis bahwa dengan kebijakan yang tepat, dukungan investasi, dan solusi inovatif, Indonesia bisa memimpin dalam transisi energi hijau di kawasan Asia Tenggara. “Energi terbarukan bukan hanya pilihan, tetapi kebutuhan bagi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya dengan penuh keyakinan.