Sorong, 7 Mei 2024 – Dalam sebuah pertemuan resmi yang diadakan pada 7 Mei 2024, Ketua Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Kota Sorong mengundang kami, Ketua Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Sorong, Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kota Sorong, dan saya sendiri, Sekretaris Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kota Sorong, untuk membahas kejadian tragis yang menimpa salah satu kader IMM.
Menurut Ilham Fadirubun, “Setelah pertemuan tersebut, kami bersepakat untuk bersama-sama turun aksi Pada hari Rabu, 8 Mei 2024, untuk menanggapi pembunuhan salah satu kader IMM yang terjadi di sekitar Malanu pada tanggal 4 Mei 2024.”
Aksi bersama ini melibatkan organisasi IMM, PMII, HMI, GMNI, dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sorong. Aksi ini dimulai dari kampus Universitas Muhammadiyah Sorong dan menuju ke Kantor Polresta Sorong Kota.
Setelah tiba di Polresta Sorong Kota, masing-masing organisasi yang terlibat tersebut menyampaikan orasi sesuai dengan tuntutan aksi tentang maraknya begal yang mengancam situasi keamanan Kota Sorong. Namun, tidak lama kemudian terjadi saling dorong antara pihak kepolisian dan massa aksi, yang mengakibatkan terjadinya tindakan represif oleh oknum polisi terhadap Ketua GMNI Kota Sorong, Salihun Tella (Kader HMI), dan Zainuddin Narwawan, salah satu massa aksi.
“Setelah teman-teman ditahan, Ketua HMI Cabang Sorong mendesak pihak kepolisian untuk segera mengeluarkan teman-teman yang ditahan dalam waktu 30 menit ke depan. Alhamdulillah, sebelum 30 menit berlalu, teman-teman berhasil dikeluarkan dan Poin tuntutan aksi demonstrasi kemudian diserahkan kepada Kapolresta Sorong Kota sebelum para peserta meninggalkan Polres Sorong Kota ,” ungkap Ilham.
Setelah kembali dari Polres Sorong Kota, para masa aksi demonstrasi kembali ke kampus Unamin Kota Sorong dengan tujuan untuk melakukan evaluasi terhadap jalannya aksi tersebut. Namun, dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan bagi beberapa teman massa aksi, rapat evaluasi tersebut terpaksa ditunda hingga pemberitahuan lebih lanjut.
Sebelumnya, upaya untuk mengatur pertemuan dengan Kapolres Sorong Kota diinisiasi oleh Kasat Intelkam Polresta Sorong Kota. Namun, kami memilih untuk tidak merespons karena ada dugaan bahwa kasat intelkam merupakan salah satu oknum yang terlibat dalam tindakan represif itu.
Sebelum bertemu langsung dengan Kapolres Sorong Kota, kami menyampaikan kepada utusan Kapolres bahwa kami ingin bertemu langsung dengan syarat bahwa Kapolres harus menyanggupi beberapa hal, termasuk proses hukum terhadap oknum polisi yang terlibat dalam tindakan represif. Setelah kesepakatan dicapai, kami pun bertemu dengan Kapolres di depan Polsek Sorong Timur, yang difasilitasi oleh Kapolsek Sorong Timur.
Pada saat menuju ke tempat untuk bertemu Kapolresta Sorong Kota, Ilham Fadirubun dan kawan-kawan kembali berdiskusi untuk memastikan apa saja yang akan disampaikan kepada Kapolres. Salah satu poin yang disepakati adalah bahwa oknum polisi yang melakukan tindakan represif terhadap massa aksi harus ditindak tegas.
Kepolisian kemudian mengevaluasi dan mencopot Kasat Intelkam dengan alasan yang bersangkutan diduga ikut terlibat dalam tindakan represif tersebut. Menurut Ilham dan kawan-kawannya, Kasat Intelkam tidak komunikatif dalam berkoordinasi sehingga terjadi miskomunikasi yang berujung pada tindakan represif.
Sebelum bergerak ke tempat kejadian, para peserta aksi memutuskan untuk tetap melakukan aksi jilid 2 sebagai bentuk konsistensi dan komitmen mereka. Hal ini sudah mereka sepakati sebelumnya.
Saat di perjalanan, Ketua Umum HMI Cabang Sorong menyampaikan kepada kami bahwa, pada saat bertemu dengan Kapolda sebentar jangan ada yang makan makanan dan minuman yang sudah disediakan oleh pihak Kapolres. Setelah disepakati, kemudian Ketua HMI menyampaikan kepada Ketua IMM bahwa kalau ada uang 50 ribu, lebih baik beli kita punya minum dari luar saja biar jangan kita makan atau minum yang disediakan Kapolres.
Setelah semua hal di atas disepakati, barulah kami menuju tempat kejadian untuk bertemu dengan Kapolres. Setelah bertemu Kapolres, beliau menyampaikan permohonan maaf atas tindakan anak buahnya, beliau mengakui bahwa itu kelalaianya.
Setelah itu dari kami satu persatu mulai menyampaikan pandangan-pandangan kami. Di mulai dari ketua GMNI dengan penegasan bahwa oknum polisi yang melakukan tindakan represif harus ditindak tegas, Polresta Sorong Kota harus fokus mengurusi masalahnya Kamtibmas, dan terakhir ketua GMNI menegaskan kepada Kapolres bahwa kami akan tetap turun aksi sekalipun sudah bertemu Kapolres karena kami sudah berkomitmen untuk melaksanakan aksi jilid 2, yang sudah ditandai dengan sudah memasukkan surat pemberitahuan ke Polres Sorong Kota.
Setelah itu giliran ketua IMM, menyampaikan pandangannya seputar urusan Kamtibmas, kemudian ketua IMM juga menyampaikan di depan Kapolres bahwa yang meninggal di begal di sekitar Malanu itu adalah kadernya (Kader IMM) dan dia juga menyampaikan bahwa oknum polisi yang melakukan tindakan represif itu harus ditindak tegas. Ketua IMM Kota Sorong juga menegaskan dengan tegas kepada Kapolres bahwa apapun yang terjadi, kami akan aksi jilid 2 bersama dengan teman-teman yang sudah berjuang dari awal.
Setelah itu giliran ketua HMI cabang Sorong beliau menyampaikan bahwa oknum polisi yang melakukan tindakan represif itu harus ditindak tegas, dia meminta kepada Kapolres untuk segera mengevaluasi Kabag Ops dan Kasat Intelkam, karena diduga keduanya terlibat dalam tindakan represif terhadap massa aksi pada aksi jilid 1. Ketua HMI menegaskan bahwa Kapolres harus memahami bahwa kami tidak memiliki masalah personal dengan Kasat Intelkam maupun Kabag Ops. Kami hanya ingin terjalin komunikasi yang baik dalam berkordinasi terkait aksi-aksi mahasiswa, sehingga tidak terjadi miskomunikasi yang berujung pada tindakan represif dan dampak negatif lainnya.
Menurutnya, kejadian atau peristiwa terjadinya tindakan represif terhadap mahasiswa oleh oknum polisi adalah akibat dari kurangnya komunikasi dan koordinasi antara Kasat Intelkam dan Kabag Ops atau tidak adanya komunikasi yang efektif. Ketua HMI Cabang Sorong menegaskan hal ini dengan tegas. Ungkap Ilham
Lebih lanjut menegaskan bahwa hanya ingin ada komunikasi yang baik dalam berkordinasi terkait aksi-aksi mahasiswa. Sehingga tidak terjadi miskomunikasi yang berujung pada terjadinya tindakan represif dan dampak negatif lainnya.
Setelah beberapa hari melakukan rapat persiapan aksi jilid 2, di kampus UNAMIN Kota Sorong, kami mengadakan rapat pertama pada hari Rabu. Rapat tersebut dihadiri oleh ketua GMNI, ketua HMI, dan sekretaris PMII.
Sebelum memulai rapat, kami menunda beberapa saat untuk menunggu kedatangan ketua IMM. Namun, setelah hampir 30-40 menit menunggu tanpa kedatangan beliau, kami memutuskan untuk memulai rapat karena waktu sudah mendekati magrib. Meskipun demikian, kami hanya membahas beberapa hal terkait kesiapan perlengkapan aksi. Rapat tersebut kemudian ditunda hingga esok hari agar ketua IMM dapat bergabung, sehingga dapat menghindari adanya miskomunikasi.
Persiapan ini menunjukkan komitmen dan kesiapan kami sebagai mahasiswa untuk melanjutkan aksi jilid 2 dengan tekad yang sama untuk menegakkan keadilan dan memperjuangkan hak-hak kami.
Pada saat rapat kedua, yang diadakan pada hari Kamis di tempat yang sama, kami menunggu beberapa jam namun ketua IMM tidak kunjung datang. Upaya kami untuk mengkonfirmasi melalui pesan juga tidak mendapatkan respons. Akhirnya, kami memutuskan untuk melanjutkan rapat tanpa kehadiran beliau.
Setelah rapat, malamnya saya menerima pesan suara dari ketua IMM. Dalam pesan suara tersebut, Ketua IMM menuduh tanpa bukti bahwa Aksi jilid dua ini diduga hanya sebagai panggung politik untuk calon walikota dan kepentingannya terkait pencopotan kasat intelkam. Tuduhan ini tidak didasari oleh bukti apapun dan sangat tidak beralasan.
Kami, sebagai mahasiswa yang terlibat dalam aksi jilid dua, menegaskan bahwa tujuan kami adalah untuk menegakkan keadilan dan memperjuangkan hak-hak kami. Tuduhan yang dilontarkan tanpa dasar oleh ketua IMM sangatlah tidak bertanggung jawab dan tidak mencerminkan semangat solidaritas di antara organisasi mahasiswa.
Kami menyerukan kepada seluruh pihak untuk tidak terpengaruh oleh tuduhan yang tidak berdasar dan tetap fokus pada perjuangan yang sesungguhnya, yaitu melawan ketidakadilan dan memperjuangkan kebenaran.
Setelah mendengar pesan suara tersebut, saya bersama Ketua HMI dan Ketua GMNI langsung menuju rumah Ketua IMM untuk meminta klarifikasi terkait tuduhan yang disampaikan dalam pesan suara tersebut. Namun, pada saat tiba di rumahnya, Ketua IMM tidak memberikan penjelasan yang jelas terkait tuduhannya.
Kami hanya menyampaikan kepada Ketua IMM bahwa komunikasi yang baik seharusnya telah dilakukan sejak awal. Kami tidak memaksa teman-teman IMM untuk ikut aksi, namun setidaknya komunikasi yang baik harus dijaga agar tidak terjadi penarikan diri secara tiba-tiba.
Setelah itu, kami kembali ke kediaman masing-masing. Namun, pada malam H-1 kami mendapat informasi tentang audiensi IMM dengan Kapolda. Kami kaget mengetahui bahwa Ketua IMM menarik diri dari aksi karena telah mendapatkan akses untuk bertemu dengan Kapolda.
Padahal, saat pertemuan dengan Kapolres, beliau telah menyampaikan kepada kami bahwa jika kami ingin langsung bertemu dengan Kapolda, hal tersebut dapat diatur. Kami pun menegaskan dengan tegas bahwa kami tetap akan melakukan aksi di depan Polresta Sorong Kota, dan Ketua IMM pada saat itu juga setuju dengan hal tersebut.
Kami menyesalkan sikap yang tidak konsisten dan komitmen yang berbelit-belit dari pihak IMM. Kami mengingatkan bahwa solidaritas dan komunikasi yang baik di antara organisasi mahasiswa sangatlah penting untuk mencapai tujuan bersama.