Yogyakarta, 7 Juni 2024 — Universitas Borneo Tarakan (UBT) telah menjalin kerjasama strategis dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) untuk pembinaan dalam pendirian program studi pendidikan dokter di UBT.
Kerjasama ini diresmikan melalui penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) yang dilaksanakan pada Jumat, 7 Juni 2024, di Ruang Lantai 7 Gedung Tahir Sayap Utara Kampus FK-KMK UGM.
Acara ini turut dihadiri oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan, Ahmad Hamim Sadewa, Ketua tim pendamping, Tri Baskoro Tunggul Santoto, serta jajaran staf FK-KMK UGM.
Dokumen PKS tersebut ditandatangani oleh Rektor UBT, Adri Patton, dan Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM, Yodi Mahendradhata.
Ruang lingkup kerjasama ini mencakup beberapa aspek penting, di antaranya:
- Pendampingan dalam penyusunan borang pendirian program studi pendidikan dokter tahun 2023.
- Pendampingan kurikulum pembelajaran untuk semester ganjil tahun akademik 2024/2025.
- Pendampingan kurikulum pembelajaran untuk semester genap tahun akademik 2024/2025.
- Pendampingan dalam pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM).
Adri Patton menegaskan pentingnya langkah ini bagi Kalimantan Utara, terutama dalam bidang pendidikan. “Kalimantan Utara memiliki potensi besar di bidang pendidikan. Saat ini, kebutuhan akan dokter masih rendah dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, khususnya di Kalimantan Utara. Oleh karena itu, UBT harus mengambil peluang ini untuk memenuhi kebutuhan dokter di Indonesia, terutama di Kalimantan Utara,” ungkap Adri Patton.
Ia juga menambahkan bahwa FK-KMK UGM merupakan salah satu fakultas kedokteran terbaik di Indonesia, yang telah melahirkan banyak alumni yang berkiprah di posisi strategis di bidang kesehatan, baik di dalam maupun luar negeri. “Sudah sewajarnya UBT belajar dan meminta pembinaan dari FK-KMK UGM,” tambahnya.
“Kami berharap pembinaan ini dilakukan secara berkesinambungan setidaknya sampai ada lulusan dari program studi pendidikan dokter UBT. Selain itu, pembinaan ini harus terus berlangsung agar dapat menjadi role model dalam pembinaan fakultas kedokteran di Indonesia,” jelas Adri Patton.
Dekan FK-KMK UGM, Yodi Mahendradhata, menyambut baik pendirian program studi pendidikan dokter di UBT. Ia menyatakan bahwa pendirian ini sangat layak mengingat tingginya minat terhadap fakultas kedokteran, namun daya tampung yang tersedia masih terbatas.
Di UGM sendiri, setiap tahunnya hanya mampu menerima 180 mahasiswa baru untuk program studi kedokteran, dengan persaingan yang sangat ketat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Yodi Mahendradhata juga optimis bahwa program studi pendidikan dokter di UBT akan berkembang dengan cepat, didukung oleh keseriusan UBT dalam menyiapkan sarana, prasarana, anggaran, serta kebutuhan pendukung lainnya. “Kerjasama antara UGM dan UBT diharapkan dapat memenuhi kebutuhan SDM kesehatan yang sangat dibutuhkan negara saat ini, khususnya di Kalimantan Utara,” pungkasnya.
Kerjasama ini diharapkan dapat membawa manfaat besar bagi pengembangan pendidikan dokter di Kalimantan Utara dan secara umum meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia.